Megawati Soekarnoputri, putri dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Indonesia. Sebagai Presiden kelima Republik Indonesia dan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Megawati memainkan peran penting dalam politik Indonesia selama beberapa dekade. Artikel ini akan membahas kehidupan, karier politik, pencapaian, dan warisan Megawati Soekarnoputri.
Megawati Soekarnoputri lahir dengan nama Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Januari 1947 di Yogyakarta. Ia adalah putri kedua dari Soekarno dan Fatmawati. Megawati tumbuh dalam lingkungan politik sejak kecil, menyaksikan langsung perjuangan ayahnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan kemudian menjadi Presiden pertama Indonesia.
Megawati menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, namun tidak menyelesaikannya. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia di Fakultas Psikologi, namun kembali tidak menyelesaikan studinya. Meskipun demikian, pengalaman hidup dan latar belakang keluarganya membentuk pandangan politiknya.
Megawati mulai terlibat dalam politik pada awal tahun 1980-an, ketika ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada tahun 1987, ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Karier politiknya terus berkembang, dan pada tahun 1993, ia terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Pemilihannya ini menandai awal dari konflik internal yang serius dalam partai tersebut, terutama dengan pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.
Megawati menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Orde Baru setelah dipecat secara tidak sah dari jabatannya sebagai Ketua Umum PDI pada tahun 1996. Pendukungnya kemudian mendirikan PDI Perjuangan (PDI-P) sebagai respon terhadap tindakan represif pemerintah. Peristiwa "Kudatuli" (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) 1996, di mana kantor PDI diserbu oleh aparat keamanan, semakin menguatkan posisi Megawati sebagai simbol perlawanan dan reformasi.
Setelah jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, Megawati dan PDI-P memainkan peran penting dalam reformasi politik Indonesia. Pada pemilihan umum 1999, PDI-P memenangkan suara terbanyak, tetapi Megawati tidak langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai Presiden keempat, dan Megawati sebagai Wakil Presiden. Namun, pada tahun 2001, setelah Gus Dur diberhentikan oleh MPR, Megawati diangkat menjadi Presiden kelima Republik Indonesia.
Sebagai Presiden, Megawati menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk krisis ekonomi dan konflik etnis dan agama di beberapa wilayah Indonesia. Beberapa pencapaian dan kebijakan penting selama masa jabatannya antara lain:
Setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 2004, Megawati tetap aktif dalam politik sebagai Ketua Umum PDI-P. Di bawah kepemimpinannya, PDI-P terus menjadi salah satu partai politik terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. Pada pemilihan presiden 2014 dan 2019, PDI-P mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden, yang kemudian memenangkan kedua pemilihan tersebut.
Warisan Megawati mencakup perjuangannya melawan otoritarianisme, komitmennya terhadap demokrasi, dan usahanya dalam memajukan hak-hak perempuan dalam politik. Meskipun ada kritik terhadap beberapa kebijakannya, peran Megawati dalam sejarah politik Indonesia tetap signifikan.
Megawati Soekarnoputri adalah tokoh politik yang telah melalui berbagai fase penting dalam sejarah Indonesia, dari masa Orde Baru hingga era Reformasi. Kepemimpinannya, baik sebagai Presiden maupun sebagai Ketua Umum PDI-P, telah memberikan dampak besar pada arah politik dan pembangunan Indonesia. Sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh dalam politik Indonesia, warisan Megawati akan terus diingat dan dipelajari oleh generasi mendatang.